Halaman

Jumat, 29 Mei 2009

KEROKAN & KESEHATAN

Kerokan Mengusir Masuk Angin


Guratan-guratan merah yang timbul saat kerokan, menurut sebagian orang adalah pertanda angin yang keluar dari tubuh. Hal ini membuat rasa pegal dan nyeri yang timbul saat seseorang masuk angin berkurang setelah kerokan. Namun, menurut ilmu kesehatan, warna merah yang muncul pascakerokan merupakan bukti pembuluh darah halus (kapiler) di bawah permukaan kulit pecah sehingga terlihat sebagai jejak merah di tempat yang dikerok. Badan orang sehat pun akan memerah jika dikerok. Pendapat manakah yang benar?


Kerokan merupakan cara paling tua mengatasi gejala masuk angin. Cara sederhana ini tak hanya populer di Indonesia, melainkan juga di negara-negara Asia lainnya. Orang Vietnam menyebut kerokan sebagai cao giodi. Warga Kamboja menjulukinya goh kyol. Di China yang terkenal dengan akupunturnya, metode kerokan juga cukup populer dengan sebutan gua sua. Bedanya, orang China memakai batu giok sebagai alat pengerok, bukan kepingan uang logam.


Secara medis, kerokan adalah salah satu metode memperlebar pembuluh darah tepi yang menutup (vasokontiksi) menjadi menjadi semakin melebar (vasaditilasi). Ini tak berbahaya asal tak terlalu sering dilakukan. Jika terus-terusan kerokan, akibatnya banyak pembuluh darah kecil dan halus yang akan pecah.


Dalam taraf normal, kerokan akan membuat penderita masuk angin merasa nyaman karena telah melepas hormon beta endofin. Bukan hanya itu, prinsip kerokan tak beda jauh dengan akupuntur yang menancapkan jarum dalam tubuh. Prinsip kerokan adalah meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok. Peningkatan energi ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh bagian luar.